Kamis, 13 September 2012

biografi ibnu batutha


Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad - Din atau lebih dikenal orang dengan nama Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari 1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Battuta dikenal karena petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama rentang waktu 1325-1354 M atau tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh Marco Polo. Seluruh catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.
Ibnu Jauzi menuliskannya berdasarkan paparan lisan yang didiktekan langsung oleh Ibnu Battuta. Penulisan buku ini diprakarsai oleh Sultan Maroko saat itu, Abu Inan. Buku ini disusun selama dua tahun dan diberi judul "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar" atau lebih dikenal dengan "Rihla Ibnu Battuta".

Pada usia sekitar dua puluh tahun, Tujuan awal perjalanan Ibnu Battuta adalah menunaikan ibadah haji pada tahun 1325 M, tetapi tujuan awalnya itu telah membawanya menuju penjelajahan 30 tahun yang gemilang. Perjalanan awal Ibnu Battuta di mulai dari Tangier menuju Mekkah. Untuk Menghindari berbagai resiko buruk seperti diserang perampok, selama perjalanan Ibnu Battuta bergabung dengan kafilah yang akan menuju Mesir. Bersama Kafilah itu, Ibnu Battuta dengan menyusuri hutan, bukit dan pegunungan bergerak menuju Tlemcen, Bejaia lalu kemudian tiba di Tunisia dan tinggal di sana selama dua bulan.

Dari Tunisia, Ibnu Battuta dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Libya. Sejak meninggalkan Tangier hingga Libya Ibnu Battuta telah menempuh perjalanan darat sejauh hampir 3.500 km melintasi Afrika Utara. Delapan bulan sebelum musim ibadah haji dimulai Ibnu Battuta memutuskan untuk mengunjungi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu Battuta dan rombongannya tiba di Pelabuhan Alexandria di ujung barat delta sungai Nil. Ibnu Battuta sangat terkesan melihat pelabuhan Alexandria dan menurutnya Alexandria adalah satu dari lima tempat paling menakjubkan yang pernah dia kunjungi. Saat itu Alexandria merupakan pelabuhan yang sangat sibuk dengan berbagai aktifitas dan berada di bawah kendali Kerajaan Mamluk.

Setelah beberapa pekan di Alexandria lalu Ibnu Battuta singgah di Kairo beberapa saat dan langsung melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dengan pengawasan ketat dari Kerajaan Mamluk. Di Damaskus Ibnu Battuta menghabiskan bulan Ramadhan dan menggunakan waktunya untuk belajar, bertemu dengan beberapa guru, orang-orang terpelajar dan para hakim setempat. Selama 24 hari di Damaskus, kemudian Ibnu Battuta melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melalui Jalur Suriah. Sepanjang jalur itu Ibnu Battuta banyak mengunjungi tempat-tempat suci. Al-Khalil (Hebron), Al-Quds (Jerusalem), Bethlehem adalah beberapa tempat yang dikunjunginya. Selama seminggu di Jerusalem, Ibnu Battuta mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu.

Menjelang musim haji dimulai dan setelah bulan ramadhan selesai, Ibnu Battuta meninggalkan Damaskus dan bergabung kembali dengan rombongan haji lainnya untuk melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Di bawah pengawasan Kerajaan Mamluk yang menjamin keamanan para jemaah haji, maka Ibnu Battuta dan rombongannya dapat tiba di Madinah dengan selamat. Setibanya di Madinah Ibnu Battuta tinggal selama empat hari lalu bergegas menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah hajinya. Setelah menyempurnakan ritual hajinya, Ibnu Battuta tidak pulang ke Tangier tetapi dia memutuskan untuk melanjutkan pengembaraannya ke Irak dan Iran.
Setelah pengembaraannya dari Irak dan iran, Ibnu Battuta kembali lagi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Hajinya yang kedua
perjalanan Ibnu Battuta berawal dari Maroko menuju Aljazair, Tunisia, Mesir, Palestina, Suriah dan tiba di Mekkah. Setelah mengembara ke Irak, Shiraz dan Mesopotamia Ibnu Battuta melaksanakan ibadah haji yang kedua dan tinggal di Mekkah selama tiga tahun. Kemudian dia pergi ke Jeddah dan melanjutkan perjalanan ke Yaman melalui jalur laut kemudian singgah di Aden dan meneruskan perjalanannya ke Mombasa Afrika Timur.

Pada tahun 1332 setelah dari Kulwa, Ibnu Battuta pergi ke Oman melalui Selat Hormuz, Siraf, Bahrain dan Yamama untuk kembali melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Setelah itu Ibnu Battuta memutuskan untuk pergi ke India melalui Jeddah, namun dia berubah pikiran dan memutuskan untuk kembali mengunjungi Kairo, Palestina dan Suriah.Setibanya di sana, Ibnu Battuta melanjutkan kembali perjalanannya ke Asia Kecil (Aleya) melalui jalur laut menuju Anatolia dan meneruskan petualangannya dengan melintasi laut hitam.

Setelah beberapa lama dan berada dalam perjalanan yang penuh bahaya, akhirnya Ibnu Battuta tiba di Turki melalui Selatan Ukraina. Ibnu Battuta kemudian meneruskan penjelajahannya ke Khurasan dan mengunjungi kota-kota penting seperti Bukhara, Balkh, Herat dan Nishapur. Ibnu Battuta melintasi pegunungan Hindukush untuk tiba di Afghanistan untuk selanjutnya masuk ke India melalui Ghani dan Kabul.

Dia terus menyusuri Lahri (dekat Karachi Pakistan), Sukkur, Multan, Sirsa dan Hansi akhirnya Ibnu Battuta tiba di Delhi. Selama beberapa tahun di sana Ibnu Battuta disambut keramahan Sultan Mohammad Tughlaq. Setlah kunjungannya di Delhi Ibnu Battuta kembali meneruskan perjalanannya melewati India Tengah dan Malwa kemudian dia menggunakan kapal dari Kambay menuju Goa.

Setelah mengunjungi banyak tempat sebelumnya, kemudian Ibnu Battuta tiba di Pulau Maladewa melalui jalur Pantai Malabar dan selanjutnya terus menyeberang ke Srilanka. Ibnu Battuta masih terus melanjutkan penjelajahannya hingga mendarat di Coromandal dan kembali lagi ke Maladewa hingga akhirnya dia berlabuh di Bengal dan mengunjungi Kamrup, Sylhet dan Sonargaon dekat Dhaka.

Ibnu Battuta berlayar sepanjang Pantai Arakan dan kemudian Ibnu Battuta tiba di Aceh, Indonesia. tepatnya di Samudera Pasai. Di sana Ibnu Battuta tinggal selama 15 hari dan berjumpa dengan Sultan Mahmud Malik Zahir. Setelah kunjungannya di Aceh Ibnu Battuta lalu meneruskan perjalannya ke Kanton lewat jalur Malaysia dan Kamboja. Setibanya di Cina, Ibnu Battuta terus berpetualang ke Peking melalui Hangchow. Setelahnya Ibnu Battuta kemudian kembali ke Calicut dan dengan menggunakan kapal dia tiba di Dhafari dan Muscat untuk meneruskan perjalanan kembali ke Iran, Iraq, Suriah, Palestina dan Mesir lalu kembali beribadah haji untuk yang ketujuh kalinya di Mekkah pada November 1348 M. Setelah ibadah haji terakhirnya itu Ibnu Battuta pulang ke kampung halamannya, Fez. Namun, perjalanannya tidak berhenti sampai di sana, setelah pulang ke Fez, Ibnu Battuta kembali mengembara ke negeri muslim lainnya seperti Spanyol dan Nigeria melintasi gurun sahara.

Tahun 1369 pada usia 65 tahun Ibnu Battuta meninggal dunia.12 tahun setelah dia selesai menulis rihla. Ibnu Battuta meninggalkan warisan berharga bagi dunia berupa catatan perjalannya yang akan selalu dikenang oleh umat manusia.

0 komentar:

Fosforilasi oksidatif


Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan adenosina trifosfat (ATP). Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Lintasan ini sangat umum digunakan karena ia merupakan cara yang sangat efisien untuk melepaskan energi, dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis anaerobik.



Rantai transpor elektron dalam mitokondria merupakan tempat terjadinya fosforilasi oksidatif pada eukariota. NADH dan suksinat yang dihasilkan pada siklus asam sitratdioksidasi, melepaskan energi untuk digunakan oleh ATP sintase.
Selama fosforilasi oksidatif, elektron ditransfer dari pendonor elektron ke penerima elektron melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel. Enzim-enzim yang saling berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima kompleks protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak enzim-enzim berbeda yang terlibat.
Energi yang dilepaskan oleh perpindahan elektron melalui rantai transpor elektron ini digunakan untuk mentranspor proton melewati membran dalam mitokondria. Proses ini disebutkemiosmosis. Transpor ini menghasilkan energi potensial dalam bentuk gradien pH danpotensial listrik di sepanjang membran ini. Energi yang tersimpan dalam bentuk ini dimanfaatkan dengan cara mengijinkan proton mengalir balik melewati membran melalui enzim yang disebutATP sintase. Enzim ini menggunakan energi seperti ini untuk menghasilkan ATP dari adenosina difosfat (ADP) melalui reaksi fosforilasi. Reaksi ini didorong oleh aliran proton, yang mendorongrotasi salah satu bagian enzim.
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.

Tinjauan Transfer Energi Melalui Kemiosmosis



Fosforilasi oksidatif bekerja dengan cara menggunakan reaksi kimia yang menghasilkan energi untuk mendorong reaksi yang memerlukan energi. Kedua set reaksi ini dikatakanbergandengan. Hal ini berarti bahwa salah satu reaksi tidak dapat berjalan tanpa reaksi lainnya. Alur elektron melalui rantai transpor elektron adalah proses eksergonik, yakni melepaskan energi, manakala sintesis ATP adalah proses endergonik, yakni memerlukan energi. Baik rantai transpor elektron dan ATP sintase terdapat pada membran, dan energi ditransfer dari rantai transpor elektron ke ATP sintase melalui pergerakan proton melewati membran ini. Proses ini disebut sebagai kemiosmosis.[1] Dalam prakteknya, ini mirip dengan sebuah sirkuit listrik, dengan arus proton didorong dari sisi negatif membran ke sisi positif oleh enzim pemompa proton yang ada pada rantai transpor elektron. Enzim ini seperti baterai. Pergerakan proton menciptakan gradien elektrokimia di sepanjang membran, yang sering disebut gaya gerak proton (proton-motive force). Gradien ini mempunyai dua komponen: perbedaan pada konsentrasi proton (gradien pH) dan perbedaan pada potensi listrik. Energi tersimpan dalam bentuk perbedaan potensi listrikdalam mitokondria, dan juga sebagai gradien pH dalam kloroplas.[2]
ATP sintase melepaskan energi yang tersimpan ini dengan melengkapi sirkuit dan mengijinkan proton mengalir balik ke sisi negatif membran.[3] Enzim ini seperti motor listrik, yang menggunakan gaya gerak proton untuk mendorong rotasi strukturnya dan menggunakan pergerakan ini untuk mensintesis ATP.
Energi yang dilepaskan oleh fosforilasi oksidatif ini cukup tinggi dibandingkan dengan energi yang dilepaskan oleh fermentasi anaerobik. Glikolisis hanya menghasilkan 2 molekul ATP, sedangkan pada fosforilasi oksidatif 10 molekul NADH dengan 2 molekul suksinat yang dibentuk dari konversi satu molekul glukosa menjadi karbon dioksida dan air, dihasilkan 30 sampai dengan 36 molekul ATP.[4] Rendemen ATP ini sebenarnya merupakan nilai teoritis maksimum; pada prakteknya, ATP yang dihasilkan lebih rendah dari nilai tersebut.[5]

Molekul pemindah elektron dan proton

Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut proton dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini menggunakan molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria, elektron ditransfer dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yang larut dalam air.[6] Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan reduksi dan oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada gugus heme strukturnya. Sitokrom c juga ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang periplasma.[7]
Dalam membran dalam mitokondria, koenzim Q10 pembawa elektron yang larut dalam lipidmembawa baik elektron maupun proton menggunakan siklus redoks.[8] Molekul benzokuinon yang kecil ini sangat hidrofobik, sehingga ia akan berdifusi dengan bebas ke dalam membran. Ketika Q menerima dua elektron dan dua proton, ia menjadi bentuk tereduksi ubikuinol (QH2); ketika QH2melepaskan dua elektron dan dua proton, ia teroksidasi kembali menjadi bentuk ubikuinon (Q). Akibatnya, jika dua enzim disusun sedemikiannya Q direduksi pada satu sisi membran dan QH2dioksidasi pada sisi lainnya, ubikuinon akan menggandengkan reaksi ini dan mengulang alik proton melewati membran.[9] Beberapa rantai transpor elektron bakteri menggunakan kuinon yang berbeda, seperti menakuinon, selain ubikuinon.[10]
Dalam protein, elektron ditransfer antar kofaktor flavin,[11][3] gugus besi-sulfur, dan sitokrom. Terdapat beberapa jenis gugus besi-sulfur. Jenis paling sederhana yang ditemukan pada rantai transfer elektron terdiri dari dua atom besi yang dihubungkan oleh dua atom sulfur; ini disebut sebagai gugus [2Fe-2S]. Jenis kedua, disebut [4Fe-4S], mengandung sebua kubus empat atom besi dan empat atom sulfur. Tiap-tiap atom pada gugus ini berkoordinasi dengan asam amino, biasanya koordinasi antara atom sulfur dengan sisteina. Kofaktor ion logam menjalani reaksi redoks tanpa mengikat ataupun melepaskan proton, sehingga pada rantai transpor elektron ia hanya berfungsi sebagai pengangkut elektron. Elektron bergerak cukup jauh melalui protein-protein ini dengan cara meloncat disekitar rantai kofaktor ini.[12] Hal ini terjadi melalui penerowongan kuantum, yang terjadi dengan cepat pada jarak yang lebih kecil daripada 1,4×109 m.[13]

Rantai transpor elektron eukariotik

Banyak proses-proses katabolik biokimia, seperti glikolisis, siklus asam sitrat, dan oksidasi beta, menghasilkan koenzim NADH yang tereduksi. Koenzim ini mengandung elektron yang memilikipotensial transfer yang tinggi. Dengan kata lain, ia akan melepaskan energi yang sangat besar semasa oksidasi. Namun, sel tidak akan melepaskan semua energi ini secara bersamaan karena akan menjadi reaksi yang tidak terkontrol. Sebaliknya, elektron dilepaskan dari NADH dan dipindahkan ke oksigen melalui serangkaian enzim yang akan melepaskan sejumlah kecil energi pada tiap-tiap enzim tersebut. Rangkaian enzim yang terdiri dari kompleks I sampai dengan kompleks IV ini disebut sebagai rantai transpor elektron dan ditemukan dalam membran dalam mitokondria.
1. Kompleks I (NADH dehidrogenase)
2. Kompleks II: Suksinat-Q oksidoreduktase.
3. Komplek 3 (Q-sitokrom c oksidoreduktase)
4. Kompleks IV: Sitokrom C Oksidase.
5. Komplek V (ATP sintase)

Sumber :
Mitchell P, Moyle J (1967). "Chemiosmotic hypothesis of oxidative phosphorylation".Nature 213 (5072): 137-9. DOI:10.1038/213137a0.
Dimroth P, Kaim G, Matthey U (Jan 2000). "Crucial role of the membrane potential for ATP synthesis by F(1)F(o) ATP synthases". J. Exp. Biol.203 (Pt 1): 51-9.
Schultz B, Chan S (2001). "Structures and proton-pumping strategies of mitochondrial respiratory enzymes". Annu Rev Biophys Biomol Struct 30: 23-65.DOI:10.1146/annurev.biophys.30.1.23.
Rich PR (2003). "The molecular machinery of Keilin's respiratory chain". Biochem. Soc. Trans. 31 (Pt 6): 1095-105. DOI:10.1042/BST0311095.
Porter RK, Brand MD (1995). "Mitochondrial proton conductance and H+/O ratio are independent of electron transport rate in isolated hepatocytes". Biochem. J. 310 ((Pt 2)): 379-82.
Mathews FS (1985). "The structure, function and evolution of cytochromes". Prog. Biophys. Mol. Biol. 45 (1): 1-56. DOI:10.1016/0079-6107(85)90004-5.
Wood PM (1983). "Why do c-type cytochromes exist?". FEBS Lett. 164 (2): 223-6.DOI:10.1016/0014-5793(83)80289-0.
Crane FL (Dec 2001). "Biochemical functions of coenzyme Q10". Journal of the American College of Nutrition 20 (6): 591-8.
Mitchell P (1979). "Keilin's respiratory chain concept and its chemiosmotic consequences". Science 206 (4423): 1148-59. DOI:10.1126/science.388618.
Søballe B, Poole RK (1999). "Microbial ubiquinones: multiple roles in respiration, gene regulation and oxidative stress management" (PDF). Microbiology (Reading, Engl.)145 (Pt 8): 1817-30.
Johnson D, Dean D, Smith A, Johnson M (2005). "Structure, function, and formation of biological iron-sulfur clusters". Annu Rev Biochem 74: 247-81.DOI:10.1146/annurev.biochem.74.082803.133518.
Page CC, Moser CC, Chen X, Dutton PL (1999). "Natural engineering principles of electron tunnelling in biological oxidation-reduction". Nature 402 (6757): 47-52. DOI:10.1038/46972.
Leys D, Scrutton NS (2004). "Electrical circuitry in biology: emerging principles from protein structure". Curr. Opin. Struct. Biol. 14 (6): 642-7. DOI:10.1016/j.sbi.2004.10.002.
Boxma B, de Graaf RM, van der Staay GW, et al (2005). "An anaerobic mitochondrion that produces hydrogen". Nature 434 (7029): 74-9. DOI:10.1038/nature03343.

0 komentar:

tanpa judul


Ketika langit tertawa
melihat segumpal mendung di matamu.
Aku membatu bisu
terhenyak sendu di pelupuk itu.
Tanpa duga,
pilu itu bernaung dalam retinamu

0 komentar:

teknlogi farmasi


TEKNOLOGI FARMASI adalah ilmu yang mempelajari pengembangan design, serta  produksi  serta produksi  sediaaan farmasi

KELENGKAPAN RESEP
1.       Nama,alamat,nomorizin dokter
2.       Tanggal penulisan
3.       R/,nama obat,komposisi (invocatio)
4.       Aturan pakai (signature)
5.       TTD dokter (subsriptio)
6.       Ama,umur,alamat pasien,tanda seru,ttd dokter


Cito:segera
Urjen:berbahaya bila di tunda
Statim:PIM
INN:international name of nonproprietary
Obat esensial : obat yang paling banyak di buukhan di masyarakat
Upaya kesehatan : promotif,preventif,kuratif,rehabilitative

RUTE PENGGUNAAN OBAT
1.       Rute pemakainan obat oral
2.       Rute pemakaian luar
-parental:iu,im,sc
-kulit:hansaplast(plester),krim,jel,pasta,salep
-lubang:-vaginal=>ouula
               - rectal=>suppos
                      - uertral=>bacilla
       - selaput lendir
         *mata : cuci mata,tetes mata,collyrium,guttae,ophtalmibe
         * mulut : cullutio,galgalisma
         * hidung : gultae hasales
         * telinga otic=gultae auriculares








BEBERAPA BENTUK SEDIAAN FARMASI:
RUTE PEMBERIAN
1.       Oral : tablet,kapsul,larutan,eliksir,suspensi,emulsi
2.       Sublingual : tablet,troches-lozenges
3.       Parental : larutan,suspense,emulsi
4.       Epiutan/transdermal : salep,krim,pasta,plester,lotion
5.       Konjuktival : salep mata,insert,lensa kontak
6.       Intranasal : larutan,spray/semprotan,inhalan,salep
7.       Intrarespiratori: aerosol
8.       Rektal : larutan,salep,suppositoria
9.       Vaginal,larutan,salep,ovula
10.   Uretral : larutan,bacilla 
Bentuk sediaan farmasi sekarang ini sangat bervariasi hal ini dapat terjadi karena :
1.       Terdapat zat aktif yang kurang stabil terhadap adanya oksigen atau kelembaban,sehinggadibuat misalnya sediaan berupa : tablet salut dan ampul tertutup
2.       Terdapat zat aktif yang kurang stabil terhadap adanya pengaruh asam lambung sesudah pemberian secara oral sehingga dibuat misalnya tablet bersalut enteric
3.       Menutupi rasa pahit,asin,atau bau kurang sedap dari zat aktif misalnya salut,tablet bersalut gula,sirup sirup yang di beri pengenak rasa
4.       Terdapat zat aktif yang tidak larut dalam air atau tidak stabil dalam air padahal di kehendaki di buat sediaan dengan pembawa air misalnya suspense
5.       Menyediaakan bentuk sediaan cair dari zat aktif dalam zat larut dalam pembawa yang di ingin kan misalnya LARUTAN
6.       Menyediakan obat dengan kerja yang luas,dengan cara mengatur pelepasan obat (missal:tablet,kapsuldn suspense yang pelepasannya di atur ) SUSTAINED RELASED
System penghantaran obat
1.       Behasil tidaknya obat di hantarkan kereseptor dan menghasilkan efek terapiyang di inginkan sangat di pengaruhi oleh design sediaan farmasi
2.       Secara umum,system penghantaran obat di kelompokan menjadi 2 yaitu  
-          konvensional
Efek terapi cepat tetapi dengan durasi tidak bekerja lama /panjang 
-          Non konvensional
Efek terapi cepat ,tetapi dengandurasi lama / panjang
TAHAPAN DALAM PENGEMBANGAN OBAT ADALAH :
TAHAPAN PRIMER
-          Penelitian/survey kecenderungan/trend : literature,pasar,DLL
-          Pemantauan target
-           
-          Pembuatan molekul pengaruh unggulan design dan sintesa obat baru ,penapisan bahan alam farmakokimia dan fitokimia
-          Evaluasi aktivitas biologis dan farmakologi dasar >fitokimia dan farmakologi
-          Pemantauan metode 

0 komentar:

pengertian tablet

Pengertian

Dari beberapa pengertian tablet menurut beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa :
-          Tablet (bahasa Yunani: tabula berarti 'meja') adalah campuran zat aktif dan zat pengikat, biasanya dalam bentuk bubuk, yang dibentuk menjadi padatan. Obat-obatan yang diberikan secara oral, sangat lazim tersedia dalam bentuk tablet; penggunaan kata tablet sendiri secara umum merujuk pada tablet obat. Tablet obat juga sering disebut pil. Produk lain yang juga diproduksi dalam bentuk tablet yang akan larut antara lain adalah produk-produk pembersih dan penghilang bau.Tablet dibagi menjadi beberapa golongan, di antaranya berdasarkan: metode pembuatannya, distribusi obat dalam tubuh, jenis bahan penyakit, dan tujuan penggunaan obat.
-          Tablet adalah Bentuk sediaan padat farmasetik yang mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan yang cocok dalam bentuk pipih, sirkuer, permukaannya datar atau cembung, yang dibuat dengan metode pengempaan atau pencetakan atau dengan cara lain sesuai dengan punch dan die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm.
-          Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM.,1979).
-          Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989).

Bentuk dan ukuran tablet
a. Bentuk tablet
  • Bentuk silinder
  • Bentuk kubus
  • Bentuk cakram
  • Bentuk bundar
  • Bentuk batang
  • Bentuk telur/peluru
  • Bentuk pipih/sirkuler
  • Bentuk oval
  • Bentuk cincin
  • Bentuk segitiga,segi empat,segi lima, banyak segi, segiempat panjang, bentuk hati.

b. 
Ukuran tablet

1. Menurut R.Voigt
  • Garis tengah pada umumnya 15-17 mm
  • Bobot tablet pada umumnya 0.1-1 gr.
2. Menurut Lachman

  • Tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inc
  • Berat tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg
  • Diameternya 1/4 – 7/6 inci
3. Menurut Dom Martin
  • Diameternya 1/8 – 1 1/5 inci
4. Menurut FI III dan FN
  • Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
Keuntungan dan kerugian
Keuntungan tablet
1. Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika diinginkan dosis dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang akurat.
2. Tablet tidak mengandung alcohol
3. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
4. Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya.
5. Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai karena bersih, praktis dan efisien.
6. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling lemah.
7. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
9. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus atau produk lepas lambat.
10. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
11. Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas air.
12. Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih dahulu untuk pengolahannya.
13. Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.
14. Konsentrasi yang bervariasi.
Kerugian tablet
1. Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
2. Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
3. Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.
4. Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut adalah permen.
5. Warnanya cenderung memberikan bahaya.
Jenis-jenis tablet
- Tablet kompresi
Adalah tablet kompresi yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan pembantu.
- Tablet kompresi ganda
Adalah tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan.
- Tablet salut gula
Ini merupakan tablet tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula. Tujuan penyalutan ini adalah untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan serta member rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat.
- Tablet diwarnai coklat
Tablet ini menggunakan coklat untuk menyalut dan mewarnai tablet, misalnya dengan menggunakan oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan coklat.
- Tablet salut selaput
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tiais dari polimer yang larut atau yang tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.
- Tablet kunyah
Yaitu tablet yang dikunyah lembut, segera hancur ketika dikunyah adalah dibiarkan larut dalam mulut, terasa enak dan menarik, biasa digunakan untuk tablet anak, antisid dan antibiotic.
- Tablet effer vescent
Yaitu tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi yang mengandung garam-garam effer adalah bahan bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air. Campurannya biasanya adalah asam dan basa. Asamnya adalah as. Sitrat atau as. Tartrat. Sadangkan basanya adalah basa karbonat.
- Tablet hipodermik
Yaitu tablet yang diperuntukkan atau dimasukkan dibawah kulit dibuat secara septic dan streril mungkin.
- Tablet larut
Tablet yang ditujukan pada umumnya untuk antiseptic. Berupa larutan untuk luka atau infeksi pada kulit persyratan utama zat aktif dan zat adiktif harus larut sempurna dalam pelarut membentuk larutan yang sempurna dan tidak toksik.
- Tablet hisap
Digunakan untuk pengobatan local disekitar mulut.
- Tablet Salut enteric
Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak atau hancur dilambung tapi diusus.
- T ablet sublingual atau bukal
Yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah. Biasanya bentuknya datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi adalah dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral. Tujuannya agar obat dapat diabsorpsi dengan cepat.
- Tablet triturate
Bentuk tablet ini biasanya kecil dan silinder dibuat dengan cetakan atau dibuat dengan kompressi mengandung sejumlah kecil obat keras.
- T. pembagi
Yaitu tablet yang digunakan untuk membuat puyer.
- T. penglepas terkendali
Yaitu tablet dari kapsul yang penglepasan obatnya secara terkendali.



Metode pembuatan tablet
1. Metode granulasi basah
Tahapannya :
  • Pengeringan bahan obat dan zat tambahan
  • Pencampuran serbuk gilingan
  • Persiapan larutan pengikat
  • Pencampuran larutan pengikat dan campuran serbuk hingga membentuk massa yang basah.
  • Pengayak kasar dari massa yang basah menggunakan ayakan no 6-12.
  • Pengeringan granul basah
  • Pengayakan granul kering dengan pelicin dan penghancur.
  • Pencampuran bahan ayakan.
  • Tablet dikempa.
2. Metode granulasi kering
Tahapannya :
  • Penggilingan bahan obat dalam bahan tambahan.
  • Pencampuran bahan yang telah digiling
  • Pengempaan menjadi tablet yang besar.
  • Slug dan pengayakan
  • Pencampuran dengan pelican dan penghancur
  • Tablet dikempa.
3. Metode kempa langsung
Tahapannya :
  • Penggilingan dari bahan obat dan bahan tambahan.
  • Pencampuran dari semua bahan.
  • - Tablet dikempa.
PERMASALAHAN DALAM TABLET
Selama ini, saat menerima resep dokter , sebagai konsumen muslim kita tidak terlalu peduli bentukan ramuan apa dan bahkan sumber dari obat yang ditulis oleh dokter. Bisa jadi kondisi tersebut karena ketidaktahuan , tidak peduli atau masih mau menjadi permisif dengan dalih darurat.

Dunia obat-obatan sebetulnya menyimpan banyak masalah ditinjau dari segi kehalalan bahan yang digunakan. Baik sebagai bahan utama atau pun sebagai bahan tambahan yang digunakan dalam membuat obat-obatan tersebut. Sebut saja tablet, obat yang hampir selalu kita beli bebas dan konsumsi ketika sakit kepala, sakit perut atau bahkan obat yang berasal dari resep dokter.

Sebenarnya apa saja kandungan dari obat yang berbentuk tablet yang perlu dikritisi dari segi kehalalannya?Selain komponen utama, maka bahan lain yang digunakan untuk pembuatan tablet cukup banyak ragamnya. Dan tentunya setiap bahan tambahan yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang ada yang sesuai dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik).

Salah satu syarat bahan pembantu yang digunakan untuk pembuatan tablet adalah harus netral, tidak berbau,tidak berasa dan lebih baik tidak berwarna. Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet dapat dikelompokkan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai (1) bahan pengisi (2) bahan pengikat, (3) bahan pelincir (termasuk bahan pengatur aliran,bahan pelican dan bahan pemisah bentuk) (4) bahan penghancur, (5) bahan penahan lembab, bahan peng adsorpsi dan bahan penghambat kelarutan.

Kehalalan Bahan Tambahan Tablet

Bahan-bahan yang biasanya digunakan sebagai bahan tambahan tablet sesuai kelompok fungsinya adalah sebagai berikut :

Bahan pengisi : Bahan yang umumnya digunakan sebagai bahan pengisi adalah pati kentang, pati jagung, pati gandum, laktosa,glukosa,manitol dan levulosa.
Bahan Pengikat : Bahan yang umumnya digunakan sebagai bahan pengikat adalah gula, jenis pati, gelatin , turunan selulosa, gum arab, tragakan, polietilen glikol dan polivinilpirolidon
Bahan Pelincir : Talk, talk disilikonisasi, Ca/Mg/Al Stearat, asam stearat, asam palmitat, pati aerosol, polietilenglikol, stearil–, setil–, miristil alcohol, lanette, serbuk susu bebas lemak, paraffin, lemak hidrogenase dan emulsi silicon
Bahan Penghancur : pati kentang,Na karboksi metal amilo pectin, ultra amylopektin (UAP), asam alginate dan garamnya, formol gelatin, formaldehida kasein, selulosa, asam poliakrilat, Na Hidrogen,karbonat, Na-Lauril sulfat, trietanol aminoleat/stearat
Bahan Penahan Lembab : gliserol,pati, sorbitol
Bahan Pengadsorpsi : laktosa, beberapa jenis pati, bentonit,aerosol
Bahan Penghambat kelarutan : sakarosa,gum arab,tragakan, dekstrin, lemak hidrogenase,stearin,paraffin dan polietilen glikol.
Dari kelompok bahan berdasarkan fungsi tersebut, maka dari segi kehalalan bahan yang perlu diketahui sumbernya adalah laktosa, gelatin, bahan-bahan yang mengandung asam-asam lemak seperti stearat,oleat,palmitat. Selain itu sumber gliserin dan jenis lemak hidrogenasi . Semua bahan-bahan tersebut diragukan karena dapat bersumber dari hewan atau pun tanaman. Atau apakah bahan tambahan tersebut merupakan hasil samping suatu produk pangan lainnya yang perludiragukan kehalalannya seperti laktosa.

Laktosa merupakan by product (hasil samping) dari proses pembuatan keju. Selama keju yang dihasilkan menggunakan bahan-bahan halal, maka laktosa yang dihasilkan pun adalah halal Sekarang sudah saatnya konsumen muslim bergerak sedikit demi sedikit untuk mengkritisi apapun yang masuk ke dalam tubuhnya,sekali pun untuk maksud dan tujuan pengobatan. Karena Allah menyediakan obatnya (halal) untuk setiap penyakit, kecuali penyakit pikun demikian salah satu hadis berbunyi.Sudah saatnya pula konsumen muslim meminta haknya pada produsen untuk menyediakan obat-obatan yang halal yang akan mereka konsumsi. Selagi ada demand disitulah muncul peluang

Evaluasi Tablet

Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu:

− Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50

mg atau lebih atau merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan

− Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat

aktif kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan

(Ditjen POM., 1995).

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah keseragaman isi tablet

yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau

granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama berbagai proses

pembuatan, dan penyimpangan berat tablet (Lachman, dkk., 1994).

Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah

kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran

mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas

bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk.,

1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat

kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya




diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang




menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet

tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan

pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat

waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air

sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga

yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

Kekerasan

Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet.

Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk

memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar

dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,

pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan

terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen (Lachman, dkk., 1994).

Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan,

pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan

dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan

tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 – 8 kg. Untuk tablet hisap dan

tablet sustained release kekerasannya 10 – 20 kg. Tablet kunyah mempunyai

kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi

menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan

berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang

menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji

kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer (Soekemi,

dkk., 1987).

Friabilitas (Kerapuhan)

Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari

tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang

ditarik dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1994).

Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk

akhir. Seringkali kandungan air (kelembapan) rendah tetapi masih dalam batasan

yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering




dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering




menghasilkan lebih banyak tablet renyah daripada granul yang kadar

kelembapannya 2 sampai 4%. Karena itulah sangat sukar membuat tablet yang

mengandung sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetap stabil secara kimia

(Lachman, dkk., 1994).

 Disolusi

Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989). Dua sasaran dalam

mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat

dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada

setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah

dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman, dkk.,

1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu:

1. faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi

kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta

ukuran partikel.

2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan

cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung

pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.

Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur

dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau

mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai.

Cara pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang




dilaksanakan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan berpengaruh pada laju disolusi.
3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metoda uji yang dipakai (Syukri, 2002).

Pembagian Tablet
Berdasarkan pembuatannya tablet dibagi menjadi:
1. Tablet cetak (Compressed tablet)
Tablet ini dibuat dengan cara mengempa dan tidak mengandung penyalut yang khusus. Tablet cetak dibuat dari bahan-bahan berupa serbuk atau kristal dengan atau tanpa penambahan bahan pengisi, pengikat,pengembang, pelicin dan bahan-bahan tambahan lainnya.
2. Tablet bersalut (Coated tablet)
a. Tablet bersalut gula (Sugar Coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang terdiri dari gula dengan bahan-bahan yang sesuai dengan atau tanpa pemberian warna.
b. Tablet bersalut selaput (Film coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis atau bahan-bahan alam.
c. Tablet bersalut enterik (Enteric Coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur dalam cairan usus.
3. Mutiple Compressed tablet yaitu tablet yang dicetak lebih dari sekali dengan menggunakan mesin pencetak tablet khusus.
a. Layered tablet yaitu tablet yang dibuat dengan mencetak granul-granul yang telah dicetak terlebih dahulu. Pencetakan dapat dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan tablet dengan 2 atau 3 lapisan.
b. Press Coated tablet (Dry Coated tablet) dibuat dengan mengisikan tablet-tablet yang telah dicetak pada mesin pencetak tablet yang khusus, kemudian dicetakkan granul-granul tambahan di sekeliling tablet 

0 komentar: