Rabu, 02 April 2014

Tanaman Obat Keluarga

Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.
           1.      Sejarah TOGA.
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus bernama Jacobus Rontius (1592 – 1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et Medica. Meskipun hanya 60 jenis tumbuh-tumbuhan yang diteliti, tetapi buku ini merupakan dasar dari penelitian tumbuh-tumbuhan obat oleh N.A. van Rheede tot Draakestein (1637 – 1691) dalam bukunya Hortus Indicus Malabaricus. Pada tahun 1888 didirikan Chemis Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor dengan tujuan menyelidiki bahan-bahan atau zat-zat yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat-obatan. Selanjutnya penelitian dan publikasi mengenai khasiat tanaman obat-obatan semakin berkembang.




           2.       Contoh Tanaman TOGA Berdasarkan Jenisnya:

v Daun-daunan:
No.
Nama Tanaman
Khasiat dan Manfaat
1.
Daun dewa (Gynura Segetum)
Mengobati muntah darah dan payudara bengkak
2.
3.
Mengobati tekanan darah tinggi
4.
Mengobati panas dalam dan demam
5.
Daun bayam duri
Mengobati kurang darah
6.
Mengobati insomnia
7.
Saga (Abrus precatorius)
Mengobati batuk dan sariawan
8.
Pacar cina (Aglaiae ordorota Lour)
Mengobati penyakit gonorrhoe (penyakit kelamin)
9.
Landep (Barleriae prionitis L.)
Mengobati rematik
10.
Miana (Coleus atropurpureus Bentham)
Mengobati wasir
11.
Pepaya (Carica papaya L.)
Mengobati demam dan disentri
12.
Jintan (Trachyspermum roxburghianum syn. Carum roxburghianum)
Mengobati batuk, mules, dan sariawan
13.
Pegagan (Cantella asiatica Urban)
Mengobati sariawan dan bersifat astringensia (mampu membasmi bakteri)
14.
Blustru (Luffa cylindrice Roem)
Bersifat diuretik (peluruh air seni)
15.
Kemuning (Murrayae paniculata Jack)
Mengobati penyakit gonorrhoe
16.
Murbei (Morus indica Rumph)
Bersifat diuretik
17.
Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
Bersifat diuretik
18.
Sirih (Chavica betle L.)
Mengobati batuk, antiseptika (membunuh mikroorganisme berbahaya), dan obat kumur
19.
Randu (Ceiba pentandra Gaerth)
Sebagai obat mencret dan kumur
20.
Salam (Eugenia polyantha Wight)
Bersifat astringensia
21.
Jambu biji (Psidium guajava L.)
Mengobati mencret
22.
Sukun (Arthocarpus communis)
Mengobati ginjal, jantung, liver, sakit gigi,pencernaan, menurunkan kolesterol, asam urat


v   

0 komentar:

PHOTOGRAPHY is LEARNING by DOING

Aperture sama dengan bukaan lensa kamera,, dimana cahaya masuk. Bila bukaan besar, akan banyak cahaya yang masuk dibandingkan dengan bukaan kecil. Selain merupakan salah satu cara mengendalikan cahaya yang masuk, bukaan di gunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang (depth of field / dof).

Trus Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi/waktu kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya. Semakin lama durasinya, semakin banyak cahaya yang masuk ke kamera dan hasil foto akan bertambah terang. (biasanya OE)

ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80 atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil berarti sensivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya. ISO dengan angka besar atau disebut juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto akan terlihat berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit seperti sedikit cahaya dalam ruangan, ISO tinggi seringkali diperlukan.

Kesimpulannya semua saling berkaitan, jadi CARAnya harus benar2 dicoba.. Fotografi merupakan ajang kita untuk mengasah "Feeling", semakin sering maka semakin paham.. PHOTOGRAPHY is LEARNING by DOING.


copas from BPC 

0 komentar:

Penjelasan Singkat Konfigurasi Roda Kendaraan

Tulisan ini saya buat hanya untuk menambah sedikit pengetahuan kita saja sebagai orang yang antusias terhadap satu dari jenis kendaraan bermotor, yakni bis. Bagi yang belum tahu tidak ada salahnya membaca, dan bagi yang sudah paham betul mohon kiranya meralat jika ada yang salah atau menambah lagi informasi lain yang terkait dari judul tulisan ini.
Jika dalam matematika 4x2=8 atau 6x2/4=3, maka berbeda di dunia otomotif, hal ini khusus untuk konfigurasi roda. Mungkin dari kita pernah mendengar istilah '4x4' pada mobil off-road. Lalu secara tidak langsung kita mengetahui artinya, yakni 4 roda - 4 rodanya bisa gerak alias ada 2 gardan (asumsi per gardan memiliki sepasang roda). Cukup lumayan kita mengetahui sampai sini. Perlu diluruskan bahwa '4x4' berarti kendaraan tersebut memiliki total 4 sisi roda - 4 sisinya berpenggerak (2 gardan). Sampai di sini kita akan tahu sasis bus yang dipasarkan di Indonesia memiliki spesifikasi konfigurasi roda 4x2 (total 4 sisi roda - 2 sisi berpenggerak (1 gardan)), selain itu ada truk 6x4 yang berarti truk tersebut memiliki jumlah total sisi roda 6 yang sisi roda berpenggeraknya sebanyak 4. Lalu bagaimana jika menemukan yang berkonfigurasi 6x2/4 atau 6x2*4? Berikut penjelasannya:
  • Kode pertama (angka) : menunjukkan jumlah keseluruhan sisi roda.
  • Kode ke dua (simbol 'x)' : hanya sebagai penghubung keterangan kode di belakangnya.
  • Kode ke tiga (angka) : menunjukkan jumlah sisi roda berpenggerak.
  • Kode ke empat (simbol '/' atau '*') : '/' berarti pada sumbu bagian belakang terdapat sepasang sisi roda single di depan roda berpenggerak paling depan, '*' berarti pada sumbu bagian belakang terdapat sepasang roda single di belakang roda berpenggerak paling belakang.
  • Kode ke lima (angka) : menunjukkan jumlah sisi roda pembelok, kode ini pasti dan hanya ditulis jika ada kode ke empat.
Jadi, dari pertanyaan di sebelumnya, 6x2/4 dan 6x2*4 bisa dijelaskan kendaraan tersebut mempunyai 6 sisi roda, 2 sisinya berpenggerak (1 gardan), yang '/4' berarti ada sepasang/2 sisi roda single di depan roda berpenggerak paling depan untuk sumbu belakang - bisa belok karena total 4 sisi roda pembelok 2 (dua) di antaranya sudah terpakai untuk sisi roda untuk sumbu depan yang lazim sebagai pembelok, sedangkan yang '*4' berarti ada sepasang/2 sisi roda single di belakang roda berpenggerak paling belakang untuk sumbu belakang - bisa belok karena total 4 sisi roda pembelok 2 (dua) di antaranya sudah terpakai untuk sisi roda untuk sumbu depan yang lazim sebagai pembelok.
Dari penggunaan kode ke empat maka sisi roda/ban double yang hanya mengikuti laju & manuver kendaraannya atau kita sebut saja sebagai sisi roda pasif (sudah) hanya tercantum sebagai identitas bagian dari jumlah total sisi roda (kode pertama). Jadi wajar bila ada kendaraan bersumbu 4 (berati ada 8 sisi roda), sumbu depannya 2 bisa belok semua & 2 sumbu belakangnya menggunakan ban ganda semua tetapi hanya 1 sumbu yang memiliki gardan (1 sumbu lainnya pasif) maka disebut '8x2'.
Mungkin contoh gambar yang saya buat berikut bisa membantu:

Link gambar besar:

Selama ini saya belum tahu penulisan konfigurasi roda dari kereta, pesawat, becak/bemo/bajaj, sepeda, serta gerobak somay... hehe...
Terima kasih. Mohon maaf bila ada kesalahan.

copas from bismania.org

0 komentar: